Logo Saibumi

Sejarah Jembatan Bantar, Peninggalan PD II Saksi Persatuan dan Perjuangan

Sejarah Jembatan Bantar, Peninggalan PD II Saksi Persatuan dan Perjuangan

Saibumi.com (SMSI), Kulonprogo - "Permata Jawa" memang pantas disematkan bagi Kabupaten Kulonprogo. Kabupaten yang terletak di sisi paling barat Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut menyimpan beragam nilai sejarah dan budaya serta ditunjang oleh keindahan alamnya.

 

Wilayah Kabupaten Kulonprogo memiliki 58.627 hektar dengan batas wilayah Kabupaten Magelang, sisi barat dengan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sisi timur dengan Kabupaten Sleman dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisi selatan yang dengan Samudera Hindia.

BACA JUGA: Biadab! Ayah Cekoki Anaknya Film Porno Lalu Diperkosa

 

Letaknya yang menjadi pembatas antara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini membuat Kabupaten Kulonprogo dilewati sebagai perlintasan nasional Pulau Jawa. Para wisatawan yang akan menuju arah Jawa Tengah dari Daerah Istimewa Yogyakarta,

 

 

Akses melalui Kulonprogo didukung dengan jalan raya aspal yang sudah mulus dan melewati jembatan yang membentang di atas Sungai Progo. Namun apabila diperhatikan, terdapat sebuah jembatan yang terletak di samping jembatan utama, yang kini sudah tidak lagi digunakan dan dikenang sebagai monumen perjuangan.

 

Meskipun kini Bantar sudah tidak difungsikan lagi mengingat usianya yang sudah tua, fungsi jembatan penyeberangan dibangun oleh jembatan yang ada disampingnya. Jembatan Bantar menyimpan nilai sejarah yang tinggi. Jembatan Bantar menjadi saksi bahu membahu antara pasukan militer dengan rakyat dari berbagai kalangan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sehingga sudah selayaknya Jembatan Bantar dikenang sebagai tanda persatuan dan perjuangan yang tak akan lekang oleh zaman.

 

Jembatan tersebut dikenal sebagai Jembatan Bantar, mungkin belum banyak orang yang mengetahui bahwa jembatan tersebut menjadi saksi sejarah perjuangan rakyat Sentolo, Kulonprogo pada masa pendudukan Belanda. Jembatan Bantar yang memiliki panjang 176 meter, lebar 5 meter, dan dengan ketinggian 25 meter di atas permukaan sungai itu dibangun kolonial Belanda pada tahun 1886 sebagai jembatan darurat. Sehingga dilihat dari segi arsitektur, jembatan tersebut Mencerminkan struktur bangunan jembatan Eropa.

 

Sejak meletusnya Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948, Jembatan Bantar menjadi medan pertempuran antara pihak Indonesia dengan pasukan gerilya Sub-Wehrkreise 106 Kulonprogo dengan pihak Belanda. Pasukan gerilya Sub-Wehrkreise 106 Kulonprogo membentuk kantong perlawanan untuk menyerang berbagai pos Belanda, dengan sasaran utama Jembatan Bantar yang digunakan Belanda sebagai markas komando.

 

Bahkan tidak tanggung-tanggung, pasukan gerilya Sub-Wehrkreise106 Kulonprogo dipasang bom, yang dirakit oleh dosen fisika, di sepanjang jembatan menuju arah Yogyakarta. Pertempuran di Jembatan Bantar tersebut terus berlangsung hingga tahun 1949, dengan akhir dimenangkan oleh pihak Indonesia karena berhasil mengikat pasukan Belanda yang ada di Jembatan Bantar, sehingga tidak dapat membantu pasukan Belanda yang diserang di Kota Yogyakarta.

 

Serangan Umum 1 Maret 1949 menjadi tanda keberhasilan perjuangan militer Indonesia, sebab Belanda memutuskan untuk bertempur dan memutuskan pertempuran. (tuti)

 

Referensi:

Cahyanto, Irfandi. 2017. Upaya Pasukan Sub-Wehrkreise 106 Kulonprogo dalam Pertempuran Mempertahankan Jembatan Bantar Sentolo 1948-1949. Jurnal Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta.

BACA JUGA: Biadab! Ayah Cekoki Anaknya Film Porno Lalu Diperkosa

Saibumi.com

merupakan portal berita Indonesia, media online Indonesia yang fokus kepada penyajian berbagai informasi mengenai berita online Indonesia baik dalam bentuk news (berita), views (artikel), foto, maupun video.

Newsletter Saibumi

BERLANGGANAN BERITA